PMII Komisariat Unisda Lamongan

Commissariat Board Indonesian Moslem Students Movement, Sekretariat : Jl.Airlangga Keduwul, Sukodadi, Lamongan 62262 (Depan SMK PGRI Sukodadi ? Selatan Masjid Sabilillah) Contact Person : 0856 5530 8080/ 0857 3040 4374


Menyambut Ramadhan dengan Cinta

Demi cintanya pada manusia, Allah SWT membuka banyak saluran dan jalan bagi untuk keselamatan hamba-hamba-Nya, salah satunya lewat Ramadhan, bulan di mana Allah SWT membuka selebar-lebarnya pintu cinta-Nya pada manusia.

Allah SWT adalah Dzat pemilik cinta. Cinta Allah adalah cinta tak bersyarat; unconditional love. Dia mencintai semua hamba-Nya tanpa mengharap balasan apa pun. Cinta Allah adalah cinta “walaupun”, bukan cinta “karena”. Allah selalu mencintai hamba-Nya walaupun hamba itu berbuat zalim dan terus membangkang perintah-Nya. Sebaliknya, cinta manusia adalah cinta “karena”. Manusia mencintai sesuatu karena sesuatu itu ada manfaat bagi dirinya. Manusia beramal, karena ingin mendapatkan balasan dan kebaikan.

Demi cinta-Nya tersebut, Allah SWT membuka jalan bagi keselamatan dan kebahagian manusia. Salah satunya adalah dengan dikaruniakannya Ramadhan sebagai bulan istimewa. Maka, tak berlebihan bila Ramadhan dikatakan sebagai bulan cinta, bulan di mana Allah SWT membuka pintu-pintu kecintaan-Nya.

“Tanda cinta” dari Allah SWT ini, digambarkan dengan sangat tepat oleh Rasulullah SAW, “Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang semua hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Demikianlah, Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT memanggil semua hamba-Nya untuk kembali menuju hakikat hidup sebenarnya. Ada perumpamaan menarik dari Dr Jalaluddin Rakhmat. Menurutnya, manusia adalah “anak-anak Allah” yang dikeluarkan dari rumah-Nya untuk bermain-main di halaman dunia ini. Dalam QS Al-An’am [6] ayat 32 Allah SWT berfirman, “Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.” Karena itu, Kabah disebut rumah Allah (Baitullah), karena ke sanalah para jamaah haji berangkat, meninggalkan segala urusan dunia mereka. Ramadhan pun disebut bulan Allah, karena pada bulan itulah kita pulang, kita meninggalkan halaman permainan kita.

Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli “jajanan” yang bermacam-macam: kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, atau kesenangan duniawi lainnya. Kita lupa bahwa ada makanan lain yang jauh lebih sehat dan lebih lezat. Pada bulan Ramadhan itulah Allah menyeru kita untuk kembali kepada-Nya. Allah telah mempersiapkan jamuan makanan berupa rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita yang “bermain” terlalu jauh dari “rumah”.

Lewat syairnya, Jalaluddin Rumi mengungkapkan: “Bagaimana keadaan sang pencinta?,” tanya seorang lelaki. Kujawab,”Jangan bertanya seperti itu, Sobat: Bila engkau seperti aku, tentu engkau akan tahu; Ketika Dia memanggilmu, engkau pun akan memanggil-Nya.”

Ramadhan adalah bukti cinta Allah. Bahagia bertemu dengan Ramadhan sama artinya dengan bahagia bertemu Allah. Konsekuensinya jelas, “Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya” (HR Bukhari).

Bila kita mencintai Allah, kita harus menyambut apa pun yang datang dan diserukan-Nya, termasuk Ramadhan. Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis, “Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah SWT tetapi ia tidak mencintai Rasul-Nya; bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi ia tidak mencintai kaum fakir dan miskin; dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi ia tidak mau menaati Allah SWT.”

Karena cinta Rasulullah SAW dan para sahabat selalu menyambut Ramadhan dengan sukacita. Bahkan sejak Rajab dan Sya’ban mereka telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, termasuk dengan memperbanyak puasa dan amalan sunnat lainnya. Siti ‘Aisyah berkata, “Tidak pernah Rasulullah SAW berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari puasanya pada bulan Sya’ban, ada kalanya sebulan penuh. Dan adakalanya hampir penuh hanya sedikit yang tidak puasa” (HR Bukhari Muslim).

Tatkala cinta sudah berbicara, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak bahagia menyambut Ramadhan. Tidak ada lagi keluh-kesah menahan lapar, haus, dan semua keletihan tatkala menjalani Ramadhan.

Lewat cintalah semua yang pahit akan menjadi manis.

Wallahu a’lam bish-shawab.

… Allah Maha Besar … Marhaban Yaa Ramadhan …


Kiat Menyambut Bulan Ramadhan

Sebagai seorang muslim seyogianya kita tidak menyia-nyiakan “musim ibadah” dan hendaknya kita termasuk orang-orang yang berlomba untuk memanfaatkan musim ibadah tersebut.

“… dan dalam hal itu, maka hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifun: 26)

Pada dasarnya, orang-orang yang berkeinginan mulia serta mengikuti jejak semangat kaum salafus saleh akan sangat intensif memanfaatkan musim ibadah tersebut. Dan bagi kita dalam diri Rasulullah saw. Terdapat teladan yang bagus.

Karena itu, Semangatlah menyambut bulan Ramadhan sebegai kesempatan emas untuk melakukan ibadah kepada 4JJI dengan hal-hal berikut Ini:

1. Gembira dan Bahagia dengan Datangnya Ramadhan

Di dalam hadits sahih disebutkan bahwa Rasulullah saw. Memberikan kabar gembira kepada sahabat-sahabatnya dengan datangnya bulan Ramadhan:

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh diberkahi 4JJI di dalamnya. Di mana 4JJI menurunkan rahmat, menghapuskan kesalahan-kesalahan dan memperkenankan doa, serta melihat kamu dalam berlomba-lomba di dalamnya, lalu Dia membanggakan kamu kepada malaikat. Maka perlihatkanlah dirimu kepada 4JJI dengan kebaikan. Sebab sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang terhalang dari rahmat 4JJI di dalamnya.”

Janji 4JJI dan seruan Rasulullah saw. itu dimaksudkan untuk memasukkan rasa senang dan bahagia dalam jiwa para pendengarnya.

2. Memperbanyak Do’a

Karena bulan Ramadhan itu bulan yang penuh berkah, hendaknya kita memohon kepadaNya agar dapat sampai pada bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Dengan nikmat kesehatan, kita akan mampu menjalani ibadah, baik itu puasa, tarawih, dzikir, dll. Sebab, betapa banyak orang yang menunggu Ramadhan, lalu datang ajal sebelum datangnya Ramadhan.

3. Memahami Ilmu dan Hukum Puasa Ramadhan

Hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa Ramadhan termasuk ilmu yang tidak boleh tidak harus dipahami oleh setiap muslim.

“Dan sesungguhnya puasa Ramadhan adalah kewajiban bagi setiap individu, dan dengannya dia harusmengetahui tentang hal-hal yang menjadikanny sempurnanya puasa dan yang merusak nilai-nilai puasa. (Ibnu Abdilbar)

Karena itu, sambutlah puasa itu, dengan mempelajari kitab-kitab yang bermanfaat dan memperjelas apa yang ingin kita ketahui tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan bulan suci ini. Dan hendaknya juga berupaya mengajarkan hukum-hukum tersebut kepada keluarga dan lingkungan tetangga yang belum mengetahuinya agar memperoleh hikmah.

4. Menyusun Program Aktivitas Ramadhan

Jika sudah berlalu, Ramadhan tidak akan kembali, kecuali kita masih diberi kesempatan hingga tahun depan. Karena itu, jangan sampai terlewatkan dengan sia-sia. Untuk mengisinya, lakukanlah aktivitas-aktivitas yang akan mampu merealisasikan tujuan puasa Ramdhan (menjadi takwa)

64 (enam puluh empat) tahun merupakan angka yang sudah sangat matang untuk barometer sebuah umur. Idealnya bahwa Indonesia saat ini harus sudah mapan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun kenyataannya saat ini perekonomian terjajah oleh kapitalis, kebudayaan kita semakin tersingkir, akhlak pejabat kita sudah semakin 'akut' dalam melakukan praktek KKN. Ironis dan sedih jika kita memikirkan hal tersebut. Namun dibalik itu semua, HUT RI ke-64 merupakan momentum yang tepat untuk instropeksi dan bangkit dari segala macam belenggu yang menghambat segala kemajuan menjadi Indonesia yang merdeka secara utuh.
Tidak tepat lagi jika kita terus dibuai oleh angka-angka statistik pembangunan, mendidik bahwa Indonesia negara yang kaya dan kita tinggal menimati kekayaan alam dan budaya tersebut, serta larut dalam konstruk budaya populer yang menjadikan kita lupa akan citra diri kita sebagai bangsa Indonesia. Bagaimana pejuang-pejuang kita dahulu meraih kemerdekaan merupakan hasil do'a dan dari kerja keras, bukan sebagai hadiah. Sebagai bangsa yang bermartabat, tugas kita untuk melanjutkan perjuangan mereka, Kita bangun kepercayaan diri bahwa Indonesia mampu merdeka, mandiri dan dapat berinovasi.

Salam kemerdekaan...!!

Langganan: Postingan (Atom)